Senin, 28 Maret 2016

MAKALAH " PERAN STRATEGIS GURU DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK "



PERAN STRATEGIS GURU DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK







Disusun Oleh :
Nama :NUR SALAM, S.Pd.SD
NIP     : 19860131 201001 1 006






SEKOLAH DASAR NEGERI RAWAJAYA 09
KECAMATAN BANTARSARI KABUPATEN CILACAP
JAWA TENGAH



LEMBAR PENGESAHAN



Makalah yang berjudul “ Peran Strategis Guru dalam pembentukan Karakter Peserta Didik “ ini adalah benar – benar hasil karya :

1.      Nama                                             : NUR SALAM, S.Pd.SD
2.      NUPTK                                         : 1463764664120002
3.      NIP                                               : 19860131 201001 1 006
4.      Pangkat/Golongan                                    : Penata Muda / IIIa
5.      Jenis Kelamin                                : Laki-Laki
6.      Tempat, tanggal lahir                    : Purworejo, 31 Januari 1986
7.      Pendidikan Terakhir                      : S1 PGSD Guru Kelas
8.      Sekolah Tempat Tugas                  : SD Negeri Rawajaya 09
9.      Alamat Rumah                              : Desa Gunung Wetan RT 2/2 Jatilawang
10.  No Hp                                           : 085741250155
11.  Email                                             : salamandien20@gmail.com

Mengesahkan
Kepala Sekolah



PUJIYANTO, S.Pd.SD
NIP. 19710111 199603 1 002
Rawajaya,     28 Maret 2016
Penulis



NUR SALAM, S.Pd.SD
NIP. 19860131 201001 1 006






KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Alloh Subhanahu Wata’ala yang senantiasa melimpahkan Rahmat, Hidayah dan Inayah-Nya serta nikmat Iman dan Islam kepada penulis yang mana penulis dapat menyelesaikan makalah pendidikan dengan judul “ Peran Strategis Guru dalam Pembentukan Karakter Peserta Didik “  dengan  tepat waktu.
Makalah ini sebagai syarat untuk maju dalam Lomba Guru Berprestasi tahun 2016 tingkat Kecamatan Bantarsari. Penulis meyakini bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, sehingga penulis mohon kritik dan saranya.
Semoga makalh ini berguna bagi dunia pendidikan, khususnya bagi penulis.

Rawajaya,    28 Maret 2016
Penyusun

NUR SALAM, S.Pd.SD
NIP. 19860131 201001 1 006











DAFTAR ISI

Halaman

Halamana Judul   
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi

BAB I      Pendahuluan
BAB II    Landasan Teori
BAB III   Peran Strategis Guru dalam Pembentukan
                Karakter Peserta Didik
BAB IV   Kesimpulan dan Saran


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Karakter dan mentalitas sumber daya manusia suatu bangsa akan menjadi pondasi dari tata nilai bangsa tersebut. Dalam tataran operasional, upaya-upaya nyata dalam membentuk dan memelihara karakter dan mentalitas tersebut bisa dilakukan oleh sosok guru professional, bukan guru yang asal-asalan.
Kualitas pendidikan bangsa ini banyak ditentukan oleh kualitas para gurunya. Guru adalah ‘bos in the class’. Guru adalah orang yang bertatap muka langsung dengan peserta didik. Sebagus apa pun dan semodern apa pun sebuah kurikulum dan perencanaan strategis pendidikan dirancang, jika tanpa guru yang berkualitas, tidak akan membuahkan hasil optimal. Selain hasil yang optimal, guru juga dituntut harus mampu menciptakan siswa yang berkarakter. Karakter merupakan nilai-nilai prilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karama, budaya dan adat istiadat.
Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat pancasila dan pembukaan UUD 1945 dilatar belakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang saat ini, seperti: disorientasi dan belum dihayatinya nilai- nilai pancasila; bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa; ancaman disintregasi bangsa; dan melemahnya kemandirian bangsa.Untuk mendukung perwujudan cita-cita pembangunan karakter sebagaimana diamanatkan pancasila dan pembukaan UUD 1945 serta mengatasi permasalahan kebangsaan saat ini , maka pemerintah menjadikan pembangunan karakter sebagai salah satu program prioritas pembangunan nasional.
Pendidikan karakter, sekarang ini mutlak diperlukan bukan hanya di sekolah saja, tetapi di rumah dan lingkungan social. Bahkan sekarang ini pendidikan karakter bukan lagi unntuk anak usia dini hingga remaja saja, namun juga usia dewasa. Pendidikan karakter diharapkan mampu menjawab tantangan dan kemajuan jaman yang semakin maju. Era globalisasi seperti sekarang ini, dimana batas antar Negara seakan semu sehingga berbagai macam bentuk hal apapun dapat dengan mudah dan cepat tersebar bahkan tersosialisasi, serta bisa dilakukan oleh siapapun, dimanapun dan kapanpun. Budaya-budaya yang ada di dunia barat dapat masuk dengan mudah ke Indonesia. Banyak sekali budaya-budaya tersebut yang menyebabkan terjadinya penyimpangan karakter yang tidak sesuai dengan karakter bangsa kita. Jangan sampai era globalisasi ini menjadi factor utama yang meyebabkan penyimpangan karakter yang terjadi di dalam masyarakat, khususnya peserta didik di sekolah.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1.      Bagaimana peran strategis seorang guru dalam pembentukan karakter peserta didik ?

C.     Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui seberapa peran seorang guru dalam pembentukan karakter peserta didik.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.    Guru
Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dengan tugas utama mendidik mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih dan mengevaluasi peserta didik secara professional.
Seorang guru yang professional tidak hanya memiliki kemampuan teknis edukatif tetapi juga harus memiliki kepribadian yang dapat diandalkan sehingga menjadi sosok pantan bagi siswa, keluarga maupun masyarakat, selaras dengan kebijakan pembangunan yang meletakkan pengembangan sumberdaya manusia (SDM), maka kedudukan dan peran guru semakian bermakna.
Sebagai agen pembelajaran, agar seorang guru dapat menjalankan tugasnya secara professional dalam pembelajaran, seorang guru hendaknya memiliki beberapa peranan dalam proses belajar mengajar , diantaranya :
1.      Guru sebagai Fasilitator
Dalam konteks pendidikan, istilah fasilitator semula lebih banyak digunakan untuk kepentingan pendidikan orang dewasa ( andragogi ), khususnya dalam lingkugan pendidikan nonformal. Namun sejalan dengan perubahan makna pengajaran yang lebih menekankan pada aktivitas siswa, belakangan ini di Indonesia istilah fasilitator pun mulai diadopsi dalam lingkungan pendidikan formal di sekolah, yakni berkenaan dengan peran guru pada saat melaksanakan interaksi belajar mengajar. (Wina Senjaya, 2008) menyebutkan bahwa sebagai fasilitator, guru berperan memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran.
Pada bagian lain, (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa agar guru dapat mengoptimalkan perannya sebagai fasilitator, maka guru perlu memahami hal-hal yang berhubungan dengan pemanfaatan berbagai media dan sumber belajar. Dari ungkapan ini, jelas bahwa untuk mewujudkan dirinya sebagai fasilitator, guru mutlak perlu menyediakan sumber dan media belajar yang cocok dan beragam dalam setiap kegiatan pembelajaran, dan tidak menjadikan dirinya sebagai satu-satunya sumber belajar bagi para siswanya.
Terkait dengan sikap dan perilaku guru sebagai fasilitator, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru untuk dapat menjadi seorang fasilitator yang sukses yakni: mendengarkan dan tidak mendominasi, bersikap sabar, menghargai dan rendah hati, mau belajar, bersikap sederajat. bersikap akrab dan melebur, tidak berusaha menceramahi, berwibawa, tidak memihak dan mengkritik, bersikap terbuka, serta bersikap positif.

2.      Guru sebagai Motivator
Sejalan dengan pergeseran makna pembelajaran dari pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher oriented) ke pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student oriented), maka peran guru dalam proses pembelajaran pun mengalami pergeseran, salah satunya adalah penguatan peran guru sebagai motivator (Akhmad Sudrajat, 2012).
Proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai motivasi dalam belajar. Oleh sebab itu, guru perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa. Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa, sehingga terbentuk perilaku belajar siswa yang efektif. Dalam perspektif manajemen maupun psikologi, kita dapat menjumpai beberapa teori tentang motivasi (motivation) dan pemotivasian (motivating) yang diharapkan dapat membantu para manajer (baca: guru) untuk mengembangkan keterampilannya dalam memotivasi para siswanya agar menunjukkan prestasi belajar atau kinerjanya secara unggul.
Terlepas dari kompleksitas dalam kegiatan pemotivasian tersebut, dengan merujuk pada pemikiran (Wina Senjaya, 2008), di bawah ini dikemukakan beberapa petunjuk umum bagi guru dalam rangka meningkatkan motivasi belajar siswa.
a.       Memperjelas tujuan yang ingin dicapai
Tujuan yang jelas dapat membuat siswa paham ke arah mana ia ingin dibawa. Pemahaman siswa tentang tujuan pembelajaran dapatmenumbukan minat siswa untuk belajar yang pada gilirannya dapat meningkatkan motivasi belajar mereka.
b.      Membangkitkan minat siswa
Siswa akan terdorong untuk belajar manakala mereka memiliki minat untuk belajar. Oleh sebab itu, mengembangkan minat belajar siswa merupakan salah satu teknik dalam mengembangkan motivasi belajar. Beberapa cara dapat dilakukan untuk membangkitkan minat belajar siswa, diantaranya:
1)      Hubungkan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan kebutuhan siswa. Minat siswa akan tumbuh manakala ia dapat menangkap bahwa materi pelajaran itu berguna untuk kehidupannya.
2)      Sesuaikan materi pelajaran dengan tingkat pengalaman dan kemampuan siswa. Materi pelajaran yang terlalu sulit untuk dipelajari atau materi pelajaran yang jauh dari pengalaman siswa, akan tidak diminati oleh siswa. Materi pelajaran yang terlalu sulit tidak akan dapat diikuti dengan baik, yang dapat menimbulkan siswa akan gagal mencapai hasil yang optimal; dan kegagalan itu dapat membunuh minat siswa untuk belajar.
3)      Gunakan berbagai model dan strategi pembelajaran secara bervariasi, misalnya diskusi, kerja kelompok, eksperimen, demonstrasi, dan lain-lain
c.       Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar
Siswa hanya mungkin dapat belajar dengan baik manakala ada dalam suasana yang menyenangkan, merasa aman, bebas dari rasa takut. Usahakan agar kelas selamanya dalam suasana hidup dan segar, terbebas dari rasa tegang. Untuk itu guru sekali-sekali dapat melakukan hal-hal yang lucu.
d.      Berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa
Motivasi akan tumbuh manakala siswa merasa dihargai. Memberikan pujian yang wajar merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memberikan penghargaan. Pujian tidak selamanya harus dengan kata-kata, akan tetapi dapat dilakukan dengan isyarat, misalnya senyuman dan anggukan yang wajar, atau mungkin dengan tatapan mata yang meyakinkan.
e.       Berikan penilaian.
Banyak siswa yang belajar karena ingin memperoleh nilai bagus. Untuk itu mereka belajar dengan giat. Bagi sebagian siswa nilai dapat menjadi motivasi yang kuat untuk belajar. Oleh karena itu, penilaian harus dilakukan secara objektif sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing.
f.       Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa
Siswa butuh penghargaan. Penghargaan bisa dilakukan dengan memberikan komentar positif. Setelah siswa selesai mengerjakan suatu tugas, sebaiknya berikan komentar secepatnya, misalnya dengan memberikan tulisan “bagus” atau “teruskan pekerjaanmu” dan lain sebagainya.
g.      Ciptakan persaingan dan kerja sama
Persaingan yang sehat dapat memberikan pengaruh yang baik untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa. Melalui persaingan siswa dimungkinkan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh hasil yang terbaik. Oleh sebab itu, guru harus mendesain pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk bersaing baik antara kelompok maupun antar-individu.

3.      Guru sebagai Inspirator
Guru Sebagai inspirator, harus memberikan inspirasi bagi kemajuan belajar siswa. Persoalan belajar adalah masalah utama anak didik, guru harus dapat memberikan petunjuk bagaimana cara belajar yang baik.

4.      Guru sebagai Inovator
Guru sebagai Inovator, guru berfungsi melakukan kegiatan kreatif, menemukan strategi, metode, cara-cara, atau konsep-konsep yang baru dalam pengajaran. sebagai inovator harus mampu mencari, menemukan dan melaksanakan berbagai pembaharuan di sekolah. Gagasan baru itu misalnya penggunaan teknologi informasi dalam pembelajaran. Penggunaan teknologi informasi dalam pembelajaran maksudnya menggunakan manfaat internet atau intranet sebagai media pembelajaran.

Pengabdian seorang guru adalah merupakan kontribusi yang sangat berarti dan dapat dirasakan manfaatnya bagi dunia pendidikan khususnya dan pembangunan bangsa dan negara pada umumnya. Namun perlu dimaklumi bahwa pengabdian seorang guru tidaklah cukup dengan modal kemauan saja akan tetapi harus memiliki kompetensi yang tinggi sebagaimana yang diuraikan dalam Undang-udang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, serta PP nomor 74 tahun 2008, bahwa seorag guru harus memiliki empat kompetensi dasar, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial.

1.      Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogic merupakan kemamuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi :
a.       Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan;
b.      Pemahaman terhadap peserta didik;
c.       Pengembangan kurikulum atau silabus
d.      Perencanaan pembelajaran ;
e.       Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis;
f.       Pemanfaatan teknologi pembelajaran;
g.      Evaluasi hasil belajar;
h.      Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

2.      Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan dibidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan atau seni budaya yang diampunya yang sekurang-kurangnya meliputi penguasaan :
a)      Materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu; dan
b)      Konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran dan atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu.




3.      Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian meliputi :
a.       Beriman dan bertaqwa;
b.      Berakhlak mulia;
c.       Arif dan bijaksana;
d.      Demokratis;
e.       Mantap;
f.       Berwibawa;
g.      Stabil;
h.      Dewasa;
i.        Jujur;
j.        Sportif;
k.      Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat;
l.        Secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri;
m.    Mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.

4.      Kompetensi Sosial
Kemampuan social merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat, sekurang-kurangnya meliuti kompetensi untuk:
a.       Berkomunikasi secara lisan, tulis dan atau isyarat secara santu;
b.      Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional;
c.       Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesame pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua atau wali peserta didik;
d.      Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta system nilai yang berlaku; dan
e.       Menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan.
                                                        
B.     Pendidikan Karakter
1.      Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter terdiri atas dua kata yaitu pendidikan dan karakter. Berikut pengertian pendidikan dan karakter :
a.       Pengertian Pendidikan
Pengertian pendidikan dalam kamus besar Bahasa Indonesia ialah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Dalam memelihara dan memberi pelatihan diperlukan adanya ajaran,tuntunan dan bimbingan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan lebih dari sekedar pengajaran , karena pengajaran hanyalah aktivitas proses transfer ilmu belaka,sedang pendidikan merupakan transformasi nilai dan pembentukan karakterdengan segala aspek yang dicakupnya. Melalui pendidikan diharapkan manusia benar-benar menemukan jatidirinya sebagai manusia.
Arti pendidikan dapat dilihat dalam pengertian secara luas dan pengertian secara sempit.Aarti pendidikan secara luas adalah segala kegiatan pembelajaran yang berlangsung sepanjang zaman dalam segala situasi kegiatan kehidupan.Dalam arti luas, pada dasarnya pendidikan bagi siapa saja ,kapan saaja dana dimana saja ,karena menjadi dewasa,cerdas, dan matang adalah hak asasi manusia pada umumnya.
Sedangkan pendidikan secara sempit adalah seluruh kegiatan belajar yang direncanakan , dengan materi terorganisir , dilaksanakan secara terjadwal dalam sistem pengawasan, dan diberikan evaluasi berdasarkan pada tujuan yang telah ditentukan. Kegiatan belajar seperti itu dilaksanakan di dalam lembaga pendidikan sekolah.
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha yang sadar, teratur dan sitematis didalam memberikan bimbingan atau bantuan kepada orang lain (anak) yang sedang berproses menuju kedewasaaan.
b.      Karakter
Karakter berasal dari bahasa latin “kharakter” “kharsein”, ”kharax” dalam bahasa inggris: ”character”dan dalam bahasa indonesia “karakter‟‟ dalam bahasa yunani character dan charassein yang artinya membuat tajam, membuat dalam. Dalam kamus poerwardarminta , karakter diartikan sebagai tabiat, watak, sifat_sifat kejiwaaan, akhlak aatau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Menurut Scerenco mendefinisikan karakter sebagai atribut atau ciri-ciri yang membentuk dan membedakan ciri pribadi, ciri etis, dan kompleksitas mental dari seseorang,suatu kelompok atau bangsa. Sedangkan menurut Herman kertajaya mengemukakan bahwa karakter adalah ciri khas yang dimiliki seseorang dan ciri khas tersebut adalah asli mengakar pada kepribadian seseorang tersebut,dan merupakan mesin pendorong bagaimana sesorang bertindak,bersikap, berujar,dan merespon sesuatu.
Dari beberapa pengertian yang telah dijelaskan, dapat dinyatakan bahwa karakter adalah kualitas atau moral, akhlak, atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus , yang menjadi pendorong dan penggerak, serta membedakanya dengan individu lain. Seseorang dapat dikatakan berkarakter, jika telah berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang dikehendaki masyarakat, serta digunakan sebagai moral dalam hidupnya.

c.       Pendidikan Karakter
Berdasarkan pengertian pendidikan dan karakter penulis menyimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang guru untuk mengerjakan nilai-nilai kepada para sisiwanya.
Menurut Ratna Mawangi pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikanya dalam kehidupan sehari-hari,sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkunganya.
Pendidikan karakter menurut Thomas Lickona adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu : tingkah laku yang baik , jujur, bertanggung jawab,menghormati hak orang lain, kerja keras dan sebagainya.
Menurut Scerenco pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai upaya yang sungguh-sungguh dengan cara mana ciri kepribadian positif dikembangkan,didorong dan diberdayakan melalui keteladanan, kajian (sejarah dan biografi pra bijak dan pemikir besar), serta praktik emulasi (usaha yang maksimal untuk mewujudkan hikmah dari apa-apa yang dipelajari).
Dengan demikian, hakikat pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di indonesia adalah pendidikan nilai yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi muda.

2.      Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter dalam sekolah memiliki tujuan sebagai berikut :
a.         Memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai - nilai tertentu  sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah  maupun setelah proses sekolah (setelah lulus dari sekolah).  Penguatan dan pengembangan memiliki makna bahwa pendidikan dalam sekolah bukanlah sekedar dogmatisasi nilai kepada peserta didik, tetapi sebuah proses yang membawa peserta didik untuk memahami dan merafleksi bagaimanasuatu nilai menjadi penting untuk diwujudkan dalam tingkah laku keseharian manusia.
b.         Mengkoreksi tingkah laku peserta didik yang tidak sesuai dengan nilai - nilai yang dikembangkan oleh sekolah.Tujuan ini memiliki makna bahwa pendidikan karakter memiliki sasran untuk meluruskan berbagai tingkah laku anak yang negatif menjadi positif.
c.         Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama.

Pendidikan karakter pada intinya bertujuan untuk membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berahklak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik,  berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi, yang semuanya dijiwai oleh iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan pancasila.
Pendidikan karakter berfungsi untuk mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berfikir baik, dan berprilaku baik, memperkuat dan membangun prilaku bangsa yang multikultur serta meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.

3.      Nilai-Nilai Pendidikan Karakter di Sekolah
Kementrian Pendidikan Nasional melansir, bahwa nilai-nilai karakter yang harus ditanamkan kepada siswa adalah :
No
Nilai karakter yang dikembangkan
Diskripsi prilaku
1
Nilai karakter yang berhubungan dengan Tuhan YME
Nilai ini bersifat religious dalam kata lain, pikiran perkataan dan tindakan seseorang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan atau ajaran agama.
2
Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri

a.
Jujur
Merupakan prilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan baik terhadap diri sendiri maupun orang lain.
b.
Tanggungjawab
Merupakan sikapdan prilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan.
C
Bergaya hidup sehat
Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup sehat dan menghdarkan kebiasaan yang buruk yang dapat mengganggu kesehatan.
d.
Disiplin
Merupakan suatu tindakan yang menunjukan prilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuandan peraturan.
e.
Kerja Keras
Merupakan suatu prilaku yang menunjukan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas ( belajar/pekerjaan ) dengan sebaik-baiknya.
f.
Berfikir logis, kritis dan inovatif
Berfikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logic untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakir dari apa yang telah dimiliki.
g.
Mandiri
Suatu sikap dan prilaku yang tidak mudah tergantung pada diri orang lain dalam menyelesaikan tugas.
h.
Ingin tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang telah dipelajarinya, dilihat dan didengar.
i.
Cinta ilmu
Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi tehadap pengetahuan.
3.
Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama

a.
Sadar hak dan kewajibannya terhadap orang lain
Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik/ hak diri sendiri dan orang lian, serta tugas / kewajiban diri sendiri atau orang lain
b.
Patuh pada aturan-aturan social
Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan, berkenaan dengan masyarakat
c.
Menghargai karya dan potensi orang lain
Siksp dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain.
d
santun
Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasamaupun tata prilakunya kesemua orang.
E
Demokrasi
Cara berfikir, bersikap dan bertindakyang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
4
Nilai karakter dalam hubunganya dengan lingkungan.
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan dan alam sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki keruskana alam yang sudah terjadi dan selalau ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
5
Nilai karakter dalam hubungannya dengan kebangsaan


Nasonalisme
cara berfikir , bertindak dan wawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan Negara diatas kepentingan pribadi dan golongan

Menghargai keberagamn
Cara berfikir dan bersikap yang menunjukan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan, fisik, social, budaya , ekonomi, suku dan agama

4.      Prinsip-prinsip pendidikan Karakter
Untuk mewujudkan pendidikan karakter yang efektif harus didasarkan pada prinsip-prinsip pendidikan karakter diantaranya adalah:
a.       Mempromosikan nilai - nilai dasar etika sebagai basis karakter.
b.      Mengidentikfikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran , perasaaan dan prilaku.
c.       Menggunakan pendekatan yang tajam proaktif dan efektif untuk membangun karakter.
d.      Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian.
e.       Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mewujudkan prilaku yang baik.
f.       Memiliki cangkupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka dan membangun mereka untuk sukses.
g.      Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri padapeserta didik.
h.      Mengfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagai tanggung jawab untuk pendidikan karakter yang setia pada nilai dasar yang sama.
i.        Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan yang luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter.
j.        Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru -guru karakter dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan peserta didik.

C.     Peserta Didik
Peserta didik atau siswa merupakan sebutan untuk anak didik pada jenjang pendidikan dasar dan juga menengah. Siswa merupakan satu-satunya subjek yang menerima apa saja yang diberikan oleh guru saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Siswa digambarakan sebagai sosok yang membutuhkan bantuan orang lain untuk memperoleh ilmu pengetahuan.  Selain memperoleh ilmu pengetahuan siswa juga mengalami perkembangan serta pertumbuhan dari kegitan pendidikan tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa siswa merupakan salah satu anggota masyarakat yang memiliki potensi serta usaha untuk mengembangkan dirinya.
Peserta didik yang pada ummnya merupakan inidividu yang memilki potensi yang dirasa perlu dikembangkan melalui pendidikan baik fisik maupun psikis dari lingkungan keluarga maupun lingkunagn masyarakat dimanapun ia berada.
Seorang peserta didik akan diajarkan bagaimana cara bersikap yang baik serta etika yang sopan untuk berinteraksi pada masyarakat lainnya.  Tentu saja hal tersebut tidak dapat melupakan peran pendidik sebagai sumber ilmu dan salah satu unsur terpenting dari pendidikan.
Seorang pendidik harus memahami dengan betul karakter yang ada pada peserta didiknya. Pendidik juga harus mengerti bagaimana cara mengasah potensi yang ada pada peserta didiknya.
Menurut pasal 1 ayat 4 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan nasional:
 “ Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu “.









BAB III
PEMBAHASAN
Bagaimana cara membentuk sebuah karakter seorang anak yang sesuai dengan harapan para orang tua?. Siapa saja yang berperan dalam pembentukan karakter peserta didik?.
Mungkin pertanyaan ini adalah pertanyaan yang setiap orang tua membutuhkan jawabanya. Sebenarnya banyak metode untuk mengembangkan sebuah krakter dari seorang anak tersebut, namun faktanya setiap anak memiliki perbedaan sifat dan daya tangkap yang berbeda sehingga penerapan pengembangan karakter yang turun temurun diajarkan oleh orang tua kita tidak lagi efektif ketika kita menerapkan kepada anak-anak kita. Salah satu yang andil dalam pembentuan karakter anak / peserta didik adalah seorang guru.
Guru mempunyai peran yang sangat vital dalam pembentukan karakter peserta didik. Kualitas pendidikan bangsa ini banyak ditentukan oleh kualitas para gurunya. Guru adalah ‘bos in the class’. Guru adalah orang yang bertatap muka langsung dengan peserta didik. Sehingga karakter-karakter tersebut dapat ditanamkan pada diri siswa sejak dini melalui pengimplementasian pendidikan karakter pada setiap mata pelajaran. Dalam proses pembelajaran guru berperan sebagai fasilitator, motivator, inspirator dan inovator bagi peserta didiknya. Dengan peran tersebut diharapkan guru dapat menanamkan nilai-nilai karakter sehingga siswa akan terbiasa dengan nilai-niai tersebut.
Guru memiliki peran strategis untuk menjadi bagian penting dalam upaya membangun karakter bangsa. Hal tersebut dapat diwujudkan melalui peran serta guru secara optimal dalam proses penyiapan peserta didik yang memiliki karakter sebagaimana disebutkan dalam UU No 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Karakter dan mentalitas sumber daya manusia suatu bangsa akan menjadi pondasi dari tata nilai bangsa tersebut.
Tidaklah mudah memang menjadi guru yang ideal dan professional. Berdasarkan UU No 14 tahun 2005 pasal 20, maka guru berkewajiban untuk:
1.      Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran,
2.      Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
3.      Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras dan kondisi fisik tertentu atau latar belakang keluarga dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran,
4.      Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan,hukum dan kode etik guru serta nilai-nilai agama dan etika,
5.      Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.
Dibutuhkan komitmen, konsistensi dan ketahanan mental yang betul-betul menjadi motif terpenting untuk menjadi seorang guru, mengingat tugas dan kewajibannya yang luar biasa bobot kerjanyanya. 
Kita sadar sepenuhnya, bahwa saat ini, gurulah satu-satunya agen perubahan yang memiliki tugas  baik secara institusional maupun non-institusional. Gurulah yang setiap hari mengajarkan norma, moral, etika, pembiasaan karakter positif serta warisan budaya yang lintas generasi. Kita sangat sadar sepenuhnya, bahwa sendi-sendi yang menopang sebuah bangsa diantaranya adalah berupa karakter  dan mentalitas rakyatnya, hal tersebut menjadi pondasi yang kukuh dari tata nilai bangsa tersebut.


BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Guru mempunyai peran yang sangat vital dalam pembentukan karakter peserta didik. Kualitas pendidikan bangsa ini banyak ditentukan oleh kualitas para gurunya. Guru adalah ‘bos in the class’. Guru adalah orang yang bertatap muka langsung dengan peserta didik. Sehingga karakter-karakter tersebut dapat ditanamkan pada diri siswa sejak dini melalui pengimplementasian pendidikan karakter pada setiap mata pelajaran. Dalam proses pembelajaran guru berperan sebagai fasilitator, motivator, inspirator dan inovator bagi peserta didiknya. Dengan peran tersebut diharapkan guru dapat menanamkan nilai-nilai karakter sehingga siswa akan terbiasa dengan nilai-niai tersebut.
Sesuai kompetensi yang harus dimiliki seorang guru, guru seyogyanya memiliki kompetensi kepribadian yang baik agar dapat menjadi suri tauladan bagi peserta didiknya. Guru yang baik akan selalu menjadi panutan bagi anak didiknya. Selain itu guru juga diharapkan untuk selalu berkreasi dan berinovasi dalam proses kegiatan belajar dan mengajar sehingga tujuan nasional pendidikan dapat tercapai.







Daftar Pustaka
Abdul Aziz, Hamka . 2011 . Pendidikan Karakter Berpusat Pada Hati . Jakarta: Al-Mawardi.
Gunawan, Heri . 2012 . Pendidikn Karakter Konsep dan Implementasi . Bandung: Alfabaeta.
Kementrian Pendidikan Nasional. 2010 . Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum.
Koesoema A, Doni. 2007. Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta: Grasindo.
Maunah, Binti . 2009 . Ilmu Pendidikan . Yogyakarta: Teras.
PP Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru
UU Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional



semoga bermanfaat... untuk mendapatkan file nya silahkan didownload disini
i
ii
iii
iv

1
3

18
20

Label: , , , , , , , , , , , ,

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda