JURNAL REFLEKSI MODUL 2.3 COACHING UNTUK SUPERVISI AKADEMIK
Jurnal Refleksi Modul 2.3 Coaching Untuk Supervisi Akademik
Assalamualaikum wrwb
Salam dan Bahagia,
Alkhamdulillah pada kesempatan kali ini saya masih diberikan kesehatan dan kesempatan untuk menuliskan refleksi diri terkait dengan pembelajaran modul 2.3 program guru penggerak angkatan 5 tentang Coaching Untuk Supervisi Akademik.
Pembaca yang budiman, menuliskan jurnal refleksi dwi mingguan merupakan salah satu kewajiban rutin yang harus dilaksanakan oleh seorang calon guru penggerak.
Dengan melakukan refleksi ini diharapkan seorang calon guru penggerak senantiasa belajar serta belajar menilai diri agar dapat meningkatkan kemampuan dirinya di masa depan. Jurnal refleksi dipandang sebagai salah satu elemen kunci dalam pengembangan keprofesian karena dapat mendorong guru untuk mengaitkan teori dan praktik serta menumbuhkan ketrampilan dalam mengevaluasi sebuah topik secara kritis.
Banyak sekali metode dalam melakukan refleksi diri ini, salah satunya yaitu model 4F yaitu Fact ( Peristiwa ), Feeling ( Perasaan ), Findings ( Pembelajaran ) dan Future ( Penerapan ). Metode ini sering kali digunakan karena mudah dalam pengimplementasiannya serta mudah dipahami terkait materi refleksi yang kita tuangkan. Berikut refleksi saya terkait pembelajaran modul 1.4 tentang Coaching Unt uk Supervisi Akademik:
1. Fact ( Peristiwa )
Modul 2.3 tentang Coaching untuk Supervisi Akademik telah usai dipelajari. Sama dengan modul sebelumnya, modul 2.3 ini juga menggunakan alur belajar MERDEKA.
Diawali dengan Mulai dari Diri pada tanggal 23 September 2022. Pada pembelajaran 1 ini diharapkan CGP mampu mengidentifikasi pengetahuan, pengalaman, dan ketrampilan terkait coaching di konteks pendidikan.
Pembelajaran
yaitu diawali mulai dari mulai dari diri dimana saya membuat blog yang berisikan jawaban dari pertanyaan
pemantik yang diberikan untuk merefleksikan diri saya tentang supervise di
sekolah saya. Kemudian masuk
ke eksplorasi konsep modul pertama yang
membahas tentang coaching, perbedaan antara metode pengembangan diri coaching,
mentoring, konseling, fasilitasi dan training, konsep coaching secara umum,
bagaimana coaching dilakukan dalam konteks pendidikan, paradigma coaching
dilihat dari system Among yang merupakan konsep dari Ki Hajar Dewantara,
selanjutnya masuk ke modul kedua
tentang eksplorasi paradigma berpikir coaching dan prinsip-prinsip coaching
dalam komunikasi yang memberdayakan untuk pengembangan kompetensi, juga
mengaitkan antara paradigma berpikir dan prinsip-prinsip coaching dengan
supervise akademik, selain itu disana juga dijabarkan perbedaan antara
coaching, kolaborasi, konsultasi, dan evaluasi dalam rangka memberdayakan rekan
sejawat, dibantu dengan video percakapan coaching yang membantu saya memahami
tentang bagaimana seharusnya menjadi seorang coach yang baik. Selanjutnya di
modul ketiga di Bahas tentang
kompetensi inti coaching dan TIRTA sebagai alur percakapan coaching , disini
dipelajari alur coaching mulai dari Tujuan, Identifikasi, Rencana aksi, dan
Tanggung jawab yang diakronimkan menjadi TIRTA, diharapkan akan seperti air
yang mana komunikasi bisa mengalir, disini juga dibahas tentang inti coaching
yaitu presence kehadiran penuh yang terlihat pada coach, dengan memberikan
perhatian penuh akan apa yang disampaikan oleh coachee, menjadi seorang
pendengar aktif dengan sesekali memberikan tanggapan atas apa yang sedang
dibicarakan oleh coachee, dan dibahas tentang keterampilan membuat pertanyaan
berbobot dalam percakapan coaching, selain itu, modul ini juga membahas tentang
jalannya percakapan coaching untuk membuat rencana aksi, coaching untuk
melakaukan refleksi, coaching untuk memecahkan masalah dan coaching melakukan
kalibrasi, selanjutnya di forum diskusi eksplorasi kami saling melakukan
pemantapanpemahaman dengan berdiskusi antar CGP. Kegiatan Ruang Kolaborasi yang dilaksanakan pada
malam hari, juga membuat sensasi tersendiri dalam pelaksanaanya. Selain karena
suasana rumah yang selalu ramai, juga karena sesi ruang kolaborasi pertama
yaitu praktik coaching dengan rekan CGP. Selanjutnya, untuk tugas Demonstrasi
kontekstual, saya dan 3 rekan CGP melakukan coaching secara daring. Pengaturan
jadwal agar bisa rekaman bersama sulit dilakukan karena padatnya jadwal tugas.
Namun dengan penuh perjuangan, semua dapat terlewati dengan baik.
2. Feelings (Perasaan)
Mengikuti pembelajaran pada modul 2.3 tentang coaching ini saya merasa antusias dan sangat semangat. Pada modul 2.3. ini, Saya menjadi
begitu penasaran di awalnya bagaimana menjadi coach yang baik, dan kemudian
merasa senang sekali karena semuanya terjawab di modul ini ditambah dengan
beberapa praktik langsung bersama para CGP membuat pemahaman baik tentang modul
2. Dari hasil praktik saya merasa masih
banyak kekurangan sehingga merasa bersemangat untuk belajar lagi dan berusaha
memahami tentang coaching, bagaimana membuat pertanyaan berbobot, dan bagaimana
bersikap sebagai coach yang baik.
3. Findings (Pembelajaran)
Informasi, pengetahuan dan
pengalaman baru pada modul 2.3. memberi saya banyak pengetahuan dan
pembelajaran yang banyak tentang bagaimana menjadi coaching yang baik dan
bagaimana melakukan supervise akademik yang baik yang dapat membantu
pengembangan diri rekan sejawat, ada fase ini saya diajak untuk meninjau ulang
keseluruhan materi pembelajaran di Modul 2 yang pernah saya dapati mulai dari
konsep Ki Hajar Dewantara tentang tujuan pembelajaran, tentang peran dan nilai
guru penggerak, tentang pembelajaran berdiferensiasi yang berkaitan juga dengan
Pembelajaran Sosial dan Emosional yang semuanya berkaitan dengan coaching dan
supervise akademik, di modul ini juga saya mencoba merancang sebuah aksi nyata
supervisi akademik terhadap rekan sejawat, untuk membantunya mengembangkan
kemampuan diri rekan sejawat.
4. Future (Penerapan)
Sebagai seorang guru, saya tentunya
sering menjumpai banyak permasalahan di lapangan yang terkait dengan potensi
para murid dan mungkin rekan sejawat. permasalahan tersebut seringkali menjadi
salah satu penghambat kemajuan seseorang dalam mencapai tujuannya, bahkan
mereka bisa saja tidak sadar akan kemampuan dan kekuatan yang mereka miliki
untuk menyelesaikan permasalahannya. Oleh karena itu, coaching sangat perlu
dilakukan untuk bisa membantu mengatasi permasalahan tersebut. Saya ke depannya
akan selalu menerapkan praktik coaching dengan alur Tirta agar semakin
menguasai dan terbiasa dalam menggunakan Coaching alur Tirta. Selanjutnya saya
berharap praktik baik ini bisa dilakukan juga oleh rekan sejawat lainnya.
Sehingga semua mampu menjadi coach yang baik bagi muridnya dan orang lain.
Label: 2.3, akademik, coaching, guru, modul, penggerak, supervisi, untuk
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda