Jumat, 21 Oktober 2022

JURNAL REFLEKSI MODUL 2.3 COACHING UNTUK SUPERVISI AKADEMIK

Jurnal Refleksi Modul 2.3 Coaching Untuk Supervisi Akademik 

Assalamualaikum wrwb

Salam dan Bahagia,

Alkhamdulillah pada kesempatan kali ini saya masih diberikan kesehatan dan kesempatan untuk menuliskan refleksi diri terkait dengan pembelajaran modul 2.3 program guru penggerak angkatan 5 tentang Coaching Untuk Supervisi Akademik.

Pembaca yang budiman, menuliskan jurnal refleksi dwi mingguan merupakan salah satu kewajiban rutin yang harus dilaksanakan oleh seorang calon guru penggerak. 

Dengan melakukan refleksi ini diharapkan seorang calon guru penggerak senantiasa belajar serta belajar menilai diri agar dapat meningkatkan kemampuan dirinya di masa depan. Jurnal refleksi dipandang sebagai salah satu elemen kunci dalam pengembangan keprofesian karena dapat mendorong guru untuk mengaitkan teori dan praktik serta menumbuhkan ketrampilan dalam mengevaluasi sebuah topik secara kritis.

Banyak sekali metode dalam melakukan refleksi diri ini, salah satunya yaitu model 4F yaitu Fact ( Peristiwa ), Feeling ( Perasaan ), Findings ( Pembelajaran ) dan Future ( Penerapan ). Metode ini sering kali digunakan karena mudah dalam pengimplementasiannya serta mudah dipahami terkait materi refleksi yang kita tuangkan. Berikut refleksi saya terkait pembelajaran modul 1.4 tentang Coaching Unt uk Supervisi Akademik:

1. Fact ( Peristiwa )

Modul 2.3 tentang Coaching untuk Supervisi Akademik telah usai dipelajari. Sama dengan modul sebelumnya, modul 2.3 ini juga menggunakan alur belajar MERDEKA.

Diawali dengan Mulai dari Diri  pada tanggal 23 September 2022. Pada pembelajaran 1 ini diharapkan CGP mampu mengidentifikasi pengetahuan, pengalaman, dan ketrampilan terkait coaching di konteks pendidikan.

Pembelajaran yaitu diawali mulai dari mulai dari diri dimana saya membuat blog yang berisikan jawaban dari pertanyaan pemantik yang diberikan untuk merefleksikan diri saya tentang supervise di sekolah saya. Kemudian masuk ke eksplorasi konsep modul pertama yang membahas tentang coaching, perbedaan antara metode pengembangan diri coaching, mentoring, konseling, fasilitasi dan training, konsep coaching secara umum, bagaimana coaching dilakukan dalam konteks pendidikan, paradigma coaching dilihat dari system Among yang merupakan konsep dari Ki Hajar Dewantara, selanjutnya masuk ke modul kedua tentang eksplorasi paradigma berpikir coaching dan prinsip-prinsip coaching dalam komunikasi yang memberdayakan untuk pengembangan kompetensi, juga mengaitkan antara paradigma berpikir dan prinsip-prinsip coaching dengan supervise akademik, selain itu disana juga dijabarkan perbedaan antara coaching, kolaborasi, konsultasi, dan evaluasi dalam rangka memberdayakan rekan sejawat, dibantu dengan video percakapan coaching yang membantu saya memahami tentang bagaimana seharusnya menjadi seorang coach yang baik. Selanjutnya di modul ketiga di Bahas tentang kompetensi inti coaching dan TIRTA sebagai alur percakapan coaching , disini dipelajari alur coaching mulai dari Tujuan, Identifikasi, Rencana aksi, dan Tanggung jawab yang diakronimkan menjadi TIRTA, diharapkan akan seperti air yang mana komunikasi bisa mengalir, disini juga dibahas tentang inti coaching yaitu presence kehadiran penuh yang terlihat pada coach, dengan memberikan perhatian penuh akan apa yang disampaikan oleh coachee, menjadi seorang pendengar aktif dengan sesekali memberikan tanggapan atas apa yang sedang dibicarakan oleh coachee, dan dibahas tentang keterampilan membuat pertanyaan berbobot dalam percakapan coaching, selain itu, modul ini juga membahas tentang jalannya percakapan coaching untuk membuat rencana aksi, coaching untuk melakaukan refleksi, coaching untuk memecahkan masalah dan coaching melakukan kalibrasi, selanjutnya di forum diskusi eksplorasi kami saling melakukan pemantapanpemahaman dengan berdiskusi antar CGP. Kegiatan Ruang Kolaborasi yang dilaksanakan pada malam hari, juga membuat sensasi tersendiri dalam pelaksanaanya. Selain karena suasana rumah yang selalu ramai, juga karena sesi ruang kolaborasi pertama yaitu praktik coaching dengan rekan CGP. Selanjutnya, untuk tugas Demonstrasi kontekstual, saya dan 3 rekan CGP melakukan coaching secara daring. Pengaturan jadwal agar bisa rekaman bersama sulit dilakukan karena padatnya jadwal tugas. Namun dengan penuh perjuangan, semua dapat terlewati dengan baik.


2. Feelings (Perasaan)

Mengikuti pembelajaran pada modul 2.3 tentang coaching ini saya merasa antusias dan sangat semangat. Pada modul 2.3. ini, Saya menjadi begitu penasaran di awalnya bagaimana menjadi coach yang baik, dan kemudian merasa senang sekali karena semuanya terjawab di modul ini ditambah dengan beberapa praktik langsung bersama para CGP membuat pemahaman baik tentang modul 2. Dari hasil praktik saya merasa masih banyak kekurangan sehingga merasa bersemangat untuk belajar lagi dan berusaha memahami tentang coaching, bagaimana membuat pertanyaan berbobot, dan bagaimana bersikap sebagai coach yang baik.

 

3. Findings (Pembelajaran)

Informasi, pengetahuan dan pengalaman baru pada modul 2.3. memberi saya banyak pengetahuan dan pembelajaran yang banyak tentang bagaimana menjadi coaching yang baik dan bagaimana melakukan supervise akademik yang baik yang dapat membantu pengembangan diri rekan sejawat, ada fase ini saya diajak untuk meninjau ulang keseluruhan materi pembelajaran di Modul 2 yang pernah saya dapati mulai dari konsep Ki Hajar Dewantara tentang tujuan pembelajaran, tentang peran dan nilai guru penggerak, tentang pembelajaran berdiferensiasi yang berkaitan juga dengan Pembelajaran Sosial dan Emosional yang semuanya berkaitan dengan coaching dan supervise akademik, di modul ini juga saya mencoba merancang sebuah aksi nyata supervisi akademik terhadap rekan sejawat, untuk membantunya mengembangkan kemampuan diri rekan sejawat.

 

4. Future (Penerapan)

Sebagai seorang guru, saya tentunya sering menjumpai banyak permasalahan di lapangan yang terkait dengan potensi para murid dan mungkin rekan sejawat. permasalahan tersebut seringkali menjadi salah satu penghambat kemajuan seseorang dalam mencapai tujuannya, bahkan mereka bisa saja tidak sadar akan kemampuan dan kekuatan yang mereka miliki untuk menyelesaikan permasalahannya. Oleh karena itu, coaching sangat perlu dilakukan untuk bisa membantu mengatasi permasalahan tersebut. Saya ke depannya akan selalu menerapkan praktik coaching dengan alur Tirta agar semakin menguasai dan terbiasa dalam menggunakan Coaching alur Tirta. Selanjutnya saya berharap praktik baik ini bisa dilakukan juga oleh rekan sejawat lainnya. Sehingga semua mampu menjadi coach yang baik bagi muridnya dan orang lain.

 Demikian jurnal refleksi modul 2.3 Coaching Untuk Supervisi Akademik, semoga bermanfaat.


GURU PENGGERAK

TERGERAK, BERGERAK, MENGGERAKAN

GURU BERGERAK INDONESIA MAJU







Label: , , , , , , ,

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda