Tugas 1.1.a.6 Demonstrasi Kontekstual dari pemikiran Ki Hadjar Dewantara Modul 1.1
Assalamualaikum wrwb
Salam dan bahagia...
Pembentukan karakter peserta didik tidak terlepas dari
tauladan yang diberikan oleh bapak ibu gurunya. Perkenalkan Saya Nur Salam,
calon guru penggerak angkatan 5 kabupaten Banyumas dari SD negeri 2 Mengangkang.
Kali ini, saya akan memaparkan Demontrasi Kontekstual Intisari Pemikiran
Kihajar Dewantara.
Ki Hajar Dewantara lahir pada tanggal 2 Mei 1889 di Yogyakarta.
Beliau adalah aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan
pelopor pendidikanbagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Ia
adalah pendiri perguruan taman siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan
kesempatan bagi para pribumi untuk bisa memperoleh hak pendidikannya. Sehingga
beliau dinobatkan sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia. Dan, setiap
tanggal 2 Mei, sebagai hari lahir beliau diperingati sebagai Hari Pendidikan
Nasional.
Baca Juga:
Tonton video Demontrasi Kontektual di Youtube
Ada empat intisari pemikiran ki hajar dewantara, yang
kami paparkan dalam demontrasi kontekstual ini; yang pertama, Pembelajaran yang
berpusat pada murid, yang kedua, pendidik menuntun kodrat anak, yang ketiga,
trilogi pendidikan, dan yang keempat, budi pekerti.
1.
Pembelajaran
yang berpusat pada murid
“
Bebas dari segala ikatan, dengan suci hati mendekati sang anak, bukan untuk
meminta sesuatu hak, melainkan untuk berhamba pada sang anak” ( Ki Hajar
Dewantara, 1922).
Filosofi
ini mendasari pembelajaran yang berpusat pada murid. Pembelajaran yang berpusat
pada murid, berupaya memfasilitasi seluruh aspek perkembangan anak secara
optimal dengan penekanan pada aspek-aspek pembelajaran yang berorientasi pada
perkembangan dan individualisasi pengalaman belajar melalui kegiatan yang
direncanakan oleh anak.
Anak
mempunyai kesempatan untuk belajar sesuai dengan gayanya sendiri, sehingga
anak-anak akan merasa bahagia. Peran guru berubah dari sumber belajar menjadi
fasilitator, artinya guru berperan sebagai orang dewasa yang membantu untuk
bermain seraya belajar.
2.
Pendidik
“ menuntun” kodrat anak
Ki Hajar Dewantara berpendapat bahwa pendidikan memberikan tuntunan (
menuntun ) terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai
seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
KHD
menjelaskan bahwa dasar Pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat
alam berkaitan dengan “sifat” dan “bentuk” lingkungan di mana anak berada,
sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan “isi” dan “irama.
Dalam menuntun laku dan pertumbuhan kodrat anak, KHD mengibaratkan
peran pendidik seperti seorang petani. Anak-anak itu seperti biji tumbuhan yang disemai dan ditanam oleh pak
tani di lahan yang telah disediakan. Anak-anak itu bagaikan bulir-bulir jagung
yang ditanam. Bila biji jagung ditempatkan di tanah yang subur dengan
mendapatkan sinar matahari dan pengairan yang baik maka meskipun biji jagung
adalah bibit jagung yang kurang baik dapat tumbuh dengan baik karena perhatian
dan perawatan dari pak tani. Demikian sebaliknya, meskipun biji jagung yang disemai adalah bibit berkualitas baik namun
tumbuh di lahan yang gersang dan tidak mendapatkan pengairan dan cahaya
matahari serta ‘tangan dingin’ pak tani, maka biji jagung itu mungkin tumbuh
namun tidak akan optimal.
Dalam proses “menuntun”, anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang ‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar.
3.
Trilogi
pendidikan ki hajar dewantara
a.
Ing Ngarso Sung Tulodo artinya
yang didepan memberi teladan.
Dalam hal ini, peranan
guru sangat besar dalam memberi teladan kepada para peserta didiknya. Istilah
atau pepatah guru kencing berdiri, murid kencing berlari sangat mungkin untuk
terjadi. Oleh karenanya, teladan guru harus senantiasa ditunjukkan kapan saja
dan dimana saja.
b.
Ing Madyo Mangun Karso artinya yang ditengah membangun keinginan.
Dalam hal ini, pemberian motivasi dan
memposisikan dirinya, sehingga seorang
guru dapat menjadi teman dan juga tempat peserta didiknya berangkat untuk
berkembang menuju cita-citanya.
c.
Tut Wuri Handayani yang
artinya dari belakang memberi dorongan.
Hal ini berarti guru harus selalu
mendorong peserta didiknya dalam mengembangkan bakat dan minat sesuai dengan
yang dikehendaki.
Menurut KHD, budi pekerti, atau watak
atau karakter merupakan perpaduan antara gerak pikiran, perasaan dan kehendak
atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga.
Budi pekerti juga dapat diartikan sebagai perpaduan antara Cipta (kognitif), Karsa (afektif) sehingga menciptakan Karya (psikomotor). Sedih merupakan perpaduan harmonis antara cipta dan karsa demikian pula Bahagia.
Baca Juga:
Cara membuat fungsi terbilang pada exel
Keempat intisari pemikiran ki
hajar dewantara ini, kita harus mampu
menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran kita. Sebagai pusat tuntuntan, saya
selaku seorang guru sewajibnya memberikan contoh yang baik dan menyenangkan serta menggiring dan
mengarahkan anak didik untuk dapat
mengembangkan diri dengan baik. Motivasi dan strategi mengajar yang baik tentunya
dapat membangun semangat anak didik agar tetap mencintai belajar dan prosesnya.
Mendorong kepercayaan diri mereka merupakan modal awal dalam menciptakan
implementasi trilogi pendidikan yang dicetuskan oleh ki hajar dewantara. Kesediaan
guru dalam menampung segala kebutuhan dan aspirasi anak didik, menjadi salah
satu point penting dalam meraih karakter anak didik dengan konsep merdeka
belajar.
Demikian demontrasi kontekstual tentang pemikiran ki
hajar dewantara.
Ke gladak ambil pelumas
Pelumas baru, perahu siap
berlayar
Kami Calon Guru Penggerak
Banyumas
Siap Wujudkan Merdeka Belajar
Baca Juga :
Tips dan Trik Lolos PPPK Guru tahun 2022
CGP Angkatan 5 tergerak,
bergerak, menggerakkan
Semoga bermanfaat
Wassalamualaikum wrwb
Label: Angkatan 5, CGP, Demontrasi, guru, Guru Penggerak, ki hajar dewantara, Kontekstrual, Tugas